Blogger Template by Blogcrowds







Indonesia is fast becoming recognized as an exciting country to visit. Of course, many of the nation's attractions are already world famous and some, like Java's Temple of Borobudur, Sumatra's Lake Toba and the Island of Bali have for years been compelling destinations. More recently, the Province of East Java has begun to reveal a wealth of cultural and natural resources, among them the spectacular volcanic regions of Mt Bromo and Kawah Ijen, the rugged southern coastline and, in the field of history, the rich cultural heritage to be wit nessed at sites such as Trowulan, ancient capital of the Hindu kingdom of Majapahit.
The purpose of this blog is to expose yet another of Indonesia's hidden treasures; the as yet little known area of Java's north coast, in particular the legacy left to us by the island's first Muslim missionaries, who have come to be known as the Wali Songo, or 'Nine Saints of Islam'. According to tradition, there were nine outstanding figures who together were largely responsible for the dissemination of the Islamic faith. Known as the Wali Songo, they are recognized today as having been especially influential in the transformation of Javanese religion and culture.
The Wali Sanga (also transcribed as Wali Songo) are revered saints of Islam in Indonesia, especially on the island of Java, because of their historic role in the Spread of Islam in Indonesia. The word wali is Arabic for "trusted one" ("guardian" in other contexts in Indonesia) or "friend of God" ("saint" in this context), while the word songo is Javanese for the number nine. Thus, the term is often translated as "9 saints".

Each man is often attributed the title sunan in Javanese, which may derive from suhun, in this context meaning "honoured"
Most of the wali were also called raden during their lifetimes, because they were members of royal houses. (See "Style and Title" section of Yogyakarta Sultanate for an explanation of Javanese nobility terms.)

The graves of Wali Sanga are venerated as locations of ziarah (ziyarat) or local pilgrimage in Java. The graves are also known as pundhen in Javanese.





THE WALISONGO

Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel (Raden Rachmat)
Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Bonang (Raden Machdum Ibrahim)
Sunan Drajat (Raden Qosim)
Sunan Kudus (Ja'far Shodiq)
Sunan Kalijaga (Raden Mas Said)
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Gapura Wetan, Gresik
Ampeldenta, Surabaya
Giri, Gresik
Tuban
Paciran, Lamongan
Kudus
Kadilangu, Demak
Colo, Mt. Muria
Mt. Sembung, Cirebon







Synopsis
Maulana Malik Ibrahim also called Sunan Gresik: Arrived on Java 1404 CE, died in 1419 CE, buried in Gresik, East Java. Activities included commerce, healing, and improvement of agricultural techniques. Father of Sunan Ampel and uncle of Sunan Giri.
Sunan Ampel: Born in Champa in 1401 CE, died in 1481 CE in Demak, Central Java. Can be considered a focal point of the wali songo: he was the son of Sunan Gresik and the father of Sunan Bonang and Sunan Dradjat. Sunan Ampel was also the cousin and father-in-law of Sunan Giri. In addition, Sunan Ampel was the grandfather of Sunan Kudus. Sunan Bonang in turn taught Sunan Kalijaga, who was the father of Sunan Muria. Sunan Ampel was also the teacher of Raden Patah.
Sunan Giri: Born in Blambangan (now Banyuwangi, the easternmost part of Java) in 1442 CE. His father Maulana Ishak was the brother of Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri's grave is in Gresik near Surabaya.
Sunan Bonang: Born in 1465 CE in Rembang (near Tuban) on the north coast of Central Java. Died in 1525 CE. Brother of Sunan Drajat. Composed songs for gamelan orchestra.
Sunan Drajat: Born in 1470 CE. Brother of Sunan Bonang. Composed songs for gamelan orchestra.
Sunan Kudus: Died 1550 CE, buried in Kudus. Possible originator of wayang golek puppetry.
Sunan Kalijaga: Buried in Kadilangu. Used wayang kulit shadow puppets and gamelan music to convey spiritual teachings.
Sunan Muria: Buried in Gunung Muria, Kudus. Son of Sunan Kalijaga and Dewi Soejinah (sister of Sunan Giri), thus grandson of Maulana Ishak.
Sunan Gunung Jati: Buried in Cirebon. Founder and first ruler of the Banten Sultanate.
Additional Wali sanga :
Sunan Ngampel-Denta - (mentioned in the Babad Tanah Jawi)
Sunan Sitijenar - (mentioned in the Babad Tanah Jawi)
Sunan Walilanang - (mentioned in the Babad Tanah Jawi)
Sunan Bayat (mentioned in Babad Tanah Jawi)
Sunan Ngudung (son-in-law of Sunan Ampel and father of Sunan Kudus)

PELECEHAN MALINGSIA [LAGI], Kali ini lagu INDONESIA RAYA Diplesetkan Oleh Orang Malingsia Dalam Sebuah Forum

Merah Putih copyKembali “Saudara serumpun” kita si malingsia melecehkan Bangsa Indonesia, sebelumnya sudah banyak yang mereka lecehkan dengan mengklaim Ambalat sebagai wilayahnya dan juga sebelumnya “sukses” mencaplok sipadan ligitan hingga kedua wilayah tersebut menjadi wilayahnya.

Berawal dari kabar dari salah satu TV nasional yang mengabarkan bahwa satu lagi pelecehan malingsia terhadap Bangsa ini yaitu Lagu Indonesia Raya diplesetkan dalam sebuah forum online, dengan kata – kata yang sangat menghina Bangsa ini. Berikut pelecehan itu :

Indonesial National Anthem
Indonesial tanah Cairku
Tanah tumpah muntahku
Disanalah aku merangkak hina
Jadi kubur

Indonesial negara miskin ku
Bangsa Busuk dan Tanah Miskinku
Marilah kita semua tidur
Indonesial negara miskinku

Mati lah tanahku
Modar lah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Miskin lah jiwanya
Tidurlah badannya
Untuk Indonesial Miskin

Indonesial Miskin
Mampous Modar
Datang kerja Malaysia
Tapi TKI Jadi perampok
Rompak Malaysia bawa wang ke Indon

Indonesial Pendatang Haram
Miskin lah Miskin lah
Datang Haram ke Malaysia
Tiada paspor
Bila kena tangkap dan hantar balik
Kata nya malaysia jahat

Indonesial Negara Perampok
Indonesial Menghantar perampok maling
pekerja TKI Indonesial
hantaq pi Malaysia

Indonesial Maling
Merampok lagu Malaysia
Mengatakan itu lagu mereka

Indonesial Tanah yang hina
Tanah gersang yang miskin
Di sanalah aku miskin Untuk slama-lamanya
Indonesial Tanah puaka
Puaka Hantu Kita semuanya
Negara luas hasil bumi banyak tapi miskin
Datang minta sedekah di Malaysia
Marilah kita mendoa Indonesial brengset

Gersang lah Tanahnya mundurlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya
Tidurlah hatinya Mimpilah budinya
Untuk Indonesial Miskin

Indonesial Tanah yang kotor Tanah kita yang Malang
Disanalah aku tidur selamanya bermimpi sampai mati
Indonesial! Tanah Malang Tanah yang aku sendiri benci
Marilah kita berjanji Indonesial miskin

Mati lah Rakyatnya Modar lah putranya
Negara Miskin Tentera Coma pakai Basikal
Miskinlah Negrinya Mundur lah Negara nya
Untuk Indonesial kurap

Kita berharap, semoga dengan seringnya pelecehan yang dilakukan oleh malingsia, kita sebagai Bangsa tergugah dan bisa mempererat nasionalisme kita – - – terutama para elit – - – dan membawa Indonesia pada satu kedudukan yang terhormat dimata internasional.

sumber

NgeGame Winning Eleven

Winning Eleven (sering disingkat WE, baca: wé-é) adalah nama video game sepak bola populer yang dikembangkan oleh Konami Computer Entertainment Tokyo. Game ini tersedia dalam beberapa platform: PS2, Xbox, PSP dan PC.

Ironisnya di Indonesia, video game ini populer justru bukan-lah versi asli yang dikeluarkan oleh Konami seperti yang tercantum di bawah, melainkan versi yang telah dimodifikasi patch-nya oleh beberapa cracker Indonesia, sehingga muncullah versi-versi WE yang "merakyat" seperti Liga Bank Mandiri, Tiger Cup, Liga Champion, Piala Dunia, terakhir WE 10^16, adapun WE 234^3 dan sebagainya yang dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia yang menggemari sepak bola.

Adapun nama-nama samaran yang berhasil di dapatkan dari semua isi game WE yang beredar di Indonesia sebagai berikut:

  1. WO's
  2. Central Star Mangga Dua
  3. OREN's games
  4. Voltus game
  5. Cijerah
  6. Kopo
  7. Game Shop
  8. OXA Games
  9. Pagarsih
  10. Mutiara
  11. Crash SMD Cimalaka
  12. Febry Game

Kemungkinan nama-nama samaran pembuat WE Indonesia hanya beberapa orang saja.

Winning Eleven dirilis sebagai Pro Evolution Soccer di Eropa, Australia dan Amerika Utara.

Mulai Winning Eleven 11, seri Winning Eleven diperkirakan akan hadir dalam sistem PlayStation 3.

Game seri Winning Eleven yang telah dirilis

[sunting] Versi J-League

Tanggal rilisPlatform
Judul
21/07/95PSJ-League Winning Eleven
22/11/96PSWinning Eleven '97
11/12/97PSJ-League Winning Eleven 3
03/12/98PSJ-League Winning Eleven '98-'99
29/06/00PSJ-League Winning Eleven 2000
30/11/00PSJ-League Winning Eleven 2000 2nd
21/06/01PSJ-League Winning Eleven 2001
25/10/01PS2J-League Winning Eleven 5

[sunting] Versi World Soccer

Tanggal rilisPlatform
Judul
15/03/96
PSWorld Soccer Winning Eleven
05/06/97
PSWorld Soccer Winning Eleven '97
28/05/98
PSWorld Soccer Winning El
21/07/95PSJ-League Winning Eleven
22/11/96PSWinning Eleven '97
11/12/97PSJ-League Winning Eleven 3
03/12/98PSJ-League Winning Eleven '98-'99
29/06/00PSJ-League Winning Eleven 2000
30/11/00PSJ-League Winning Eleven 2000 2nd
21/06/01PSJ-League Winning Eleven 2001
25/10/01PS2J-League Winning Eleven 5

[sunting] Versi World Soccer

Tanggal rilisPlatform
Judul
15/03/96
PSWorld Soccer
even 3 World Cup France 98
12/11/98
PSWorld Soccer Winning Eleven 3 FINAL ver.
02/09/99
PSWorld Soccer Winning Eleven 4
24/08/00
PSWorld Soccer Winning Eleven 2000 ~U-23 Medal Challenge~
15/03/01
PS2World Soccer Winning Eleven 5
13/12/01
PS2World Soccer Winning Eleven 5 Final Evolution
25/04/02PS2World Soccer Winning Eleven 6
25/04/02PSWorld Soccer Winning Eleven 2002
07/08/03PS2World Soccer Winning Eleven 7
19/02/04PS2World Soccer Winning Eleven 7 International
05/08/04PS2World Soccer Winning Eleven 8
04/05PS2World Soccer Winning Eleven 8 Liveware Evolution
04/08/05PS2World Soccer Winning Eleven 9
15/09/05PSPWorld Soccer Winning Eleven 9 Ubiquitous Evolution
04/06PS2World Soccer Winning Eleven 10

sumber

GUS DUR BERTUTUR

Di hadapan ratusan peserta Peluncuran Buku dan Video Ilusi Negara Islam, Pemilu, dan Masa Depan Indonesia yang memadati Ballroom Gren Melia di Jalan HR Rasuna Said Kuningan, Jakarta, Sabtu malam (16/05), KH. Abdurrahman Wahid menegaskan, mayoritas muslim di Indonesia adalah muslim yang toleran terhadap perbedaan. "Itu bukan hal baru," katanya.
Sejarah Islam Indonesia, lanjutnya, jelas menunjukkan sejarah tentang penyesuaian Islam dengan konteks lokal. Salah satu contoh yang paling populer adalah sikap Sunan Kalijogo yang dikenal akomodatif dengan kebudayaan setempat. Melalui murid-muridnya seperti Sultan Adiwijoyo, Juru Martani, dan Senopati ing Alogo, tokoh ini berhasil melestarikan kebudayaan lokal yang bisa dinikmati hingga saat ini.
Sikap toleran, dalam sejarah Indonesia juga ditunjukan penganut agama lain terhadap kehadiran Islam. Gus Dur mencontohkan sikap kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha namun tetap memberi tempat bagi para penyebar Islam seperti Sunan Ampel.
Di masa-masa awal pembentukan negara Indonesia, Islam menjadi perbincangan hangat yang dikaitkan dengan isu nasionalisme yang kala itu tumbuh menjamur. Sejak tahun 1919, tiga sepupu yang juga menjadi tokoh nasional, H.O.S. Tjokroaminoto, KH. Hasyim Asy'ari, dan KH. Wahab Chasbullah mendiskusikan hubungan Islam dan nasionalisme. Belakangan menantu Tjokroaminoto, Soekarno yang ketika itu baru berusia 18 tahun, juga terlibat aktif dalam pertemuan mingguan yang berlangsung selama bertahun-tahun itu. "Kalau Islam tidak toleran, itu tandanya mereka tidak tahu sejarah," kata Gus Dur.
Untuk mengerti Islam itulah Gus Dur lalu mengemukakan corak Islam di dunia di lihat dari geografis. Dalam pandangan mantan Presiden RI ke-4 ini, Islam dibagi dalam enam: Islam di wilayah Sub Sahara Afrika Hitam, Arab dan Afrika Utara, Turki dan Persia, Asia Depan dan Selatan, Asia Tenggara, dan Islam di negara-negara industri maju seperti Korea, Amerika dan Eropa. Dengan memahami keragaman corak Islam ini, Gus Dur berharap masyarakat mengerti jika Islam sangat beragam namun secara umum bisa dilihat sebagai masyarakat yang toleran.
Buku Ilusi Negara Islam yang malam itu diluncurkan kerjasama Gerakan Bhineka Tunggal Ika dengan Maarif Institute dan the Wahid Institute merupakan hasil penelitian tentang tren ekspansi gerakan Islam Transnasional di Indonesia yang mengambil sampel di 24 kota yang tersebar di 17 provinsi. Salah satu hasil penelitian menyebut, telah muncul fenomena infiltrasi gerakan ini ke dalam ormas-ormas besar seperti NU dan Muhammdiyah. Bersama Gus Dur, para pembicara yang didapuk malam itu mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafi'i Maarif, tokoh NU KH. A. Mustofa Bisri, koordinator riset yang juga tokoh Muhammadiyah Abdul Munir Mulkhan, Ketua Fatayat NU Maria Ulfa Anshar, pengasuh Ponpes Annur Surabaya, KH Imam Ghazali Said, dan tokoh NU Makassar, Abdul Kadir Ahmad yang juga melakukan penelitian tentang konsep jihad di lingkungan pelajar di Makassar dan Unjungpandang.
sumber

GUS DUR BERTUTUR

Siapa yang tak kenal Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Ya… ia adalah: mantan Presiden RI yang ke empat, seorang tokoh cendekiawan muslim dari kalangan NU yang terkenal, mantan ketua PB-NU, penulis yang jempolan, sekaligus kalau boleh saya katakan sebagai seorang kyai humoris yang pilih tanding. Tentu masih banyak hal-hal terkenal lainnya terkait dengan Gus Dur, semisal ada yang mengatakan bahwa Gus Dur itu: setengah “Wali”; Gus Dur itu punya indra ke enam; Gus Dur itu bisa “menerawang” kejadian-kejadian yang telah dan akan terjadi?; dan sebagainya. Di era kepemimpinannya sebagai seorang presiden, Gus Dur terkenal dengan pernyataan-pernyataannya yang kontroversial, yang bikin bingung semua orang. Namun, di sini saya tak ingin membicarakan masalah beliau yang terkait politik. Di sini saya tertarik dengan salah satu prilaku yang sering ditampilkan olehnya dalam hampir setiap kali ada kesempatan. Apa itu? Ya prilakunya dalam membuat lelucon yang seringkali mengundang gelak-tawa para pendengar dan penyimaknya. Jadi, saya mau menyoroti Gus Dur dari segi keterkenalannya sebagai seorang kyai humoris yang pilih tanding. Pertanyaan saya, bagaimana caranya Gus Dur membuat lelucon? Mungkin kalau pertanyaan ini langsung saya ajukan ke Gus Dur, dengan enteng dan lucu tentu Gus Dur akan menjawabnya. Tapi, baiknya saya tak menanyakannya. Cara yang saya lakukan adalah dengan melakukan observasi kecil-kecilan tentang berbagai lelucon yang ia buat. Mudah-mudahan dengan cara ini saya bisa tahu cara beliau bikin lelucon. Baiklah, berikut ini sebuah contoh lelucon pendek yang dibuat Gus Dur, saya kutip dari [www.gusdur.net](http://febdian.net/ fisika itu adalah sunnatullah). Contoh 1: *After Gus Dur was appointed President and Megawati Sukarnoputri Vice President last year, Wahid said in front of an open microphone: "This is an ideal team--the President can't see and the Vice President can't talk."* Bila saya terjemahkan secara bebas, lelucon tersebut kira-kira begini: setelah Gus Dur diangkat menjadi presiden dan Megawati sebagai wakil presidennya tahun lalu, Wahid berbicara di mikrofon: “Ini adalah sebuah tim yang ideal— Presidennya tak bisa melihat dan wakilnya tak bisa bicara.” Dari contoh 1 ini saya dapat beberapa informasi penting, bagaimana caranya ia bikin lelucon. Pertama, Gus Dur tak malu-malu untuk mengatakan kejujuran, apa adanya, dan tak malu-malu mengakui keterbatasan dirinya. Kedua, Gus Dur menggunakan sebuah sindiran yang cantik namun mengena. Ketiga, Gus Dur memanfaatkan suasana di kala orang lain berfikir serius, ia malah berfikir main-main. Untuk lebih memperjelas lagi bagaimana Gus Dur bikin lelucon, mari kita simak lagi contoh berikut. Dikutip juga dari [www.gusdur.net](http://febdian.net/ fisika itu adalah sunnatullah). Contoh 2: Saat ngobrol-ngobrol santai dengan para wartawan, di rumahnya JL Warung Silah Ciganjur, Kamis siang, Gus Dur melontarkan lelucon soal polisi. Lelucon yang sebenarnya juga kritikan itu dilontarkannya menjawab pertanyaan wartawan perihal moralitas polisi yang kian banyak dipertanyakan.“Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur,” selorohnya. Informasi penting yang saya dapat katakan dari contoh 2 ini adalah bahwa: dalam membuat lelucon diperlukan pengetahuan hasil pengalaman dan pengamatan yang cermat. Tampaknya dua contoh belum cukup untuk menggali informasi dasar bagaimana caranya Gus Dur bikin lelucon. Baiklah mari kita lihat contoh 3, yang saya kutip pula dari [www.gusdur.net](http://febdian.net/ fisika itu adalah sunnatullah) berikut ini. Contoh 3: ini cerita Gus Dur beberapa tahun yang lalu, sewaktu jaman orde baru. Cerita tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, Mesir. Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, untuk mengirimkan tim ahli paleoantropologinya yang terbaik. Tapi, pemerintah Indonesia lain dari yang lain, namanya juga jaman orde baru yang waktu itu masih bergaya represif misal banyaknya penculikan para aktivis. Makanya pemerintah mengirimkan seorang aparat yang komandan intel. Tim Perancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir, ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, kemudian menyerah tidak sanggup. Pakar Amerika perlu waktu yang lama, tapi taksirannya keliru. Tim Jerman menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, juga salah. Tim Jepang juga menyebut di seputar angka tersebut, juga salah. Giliran peserta dari Indonesia maju, Pak Komandan ini bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruangan tertutup. "Boleh, silahkan," Jawab panitia. Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat Pak komandan itu keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri. "Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun tiga bulan tujuh hari," Katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit pun. Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali! Bagaimana mungkin pakar dari Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu sesingkat itu? Hadiah pun diberikan. Ucapan selamat mengalir dari para peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing dan sebagainya dan sebagainya. Pemerintah pun bangga bukan kepalang. Menjelang kembali ke Indonesia, Pak komandan dikerumuni wartawan dalam dan luar negeri di lobby hotel. "Anda luar biasa," kata mereka. "Bagaimana cara anda tahu dengan persis usia mumi itu?" Pak komandan dengan enteng menjawab, "saya gebuki, ngaku dia." Contoh 3 ini menurut amatan saya, merupakan kombinasi cantik antara: penggunaan sindiran, pengetahuan dan wawasan yang luas, pemanfaatan suasana kontekstual (keadaan di masa orde baru) secara jujur apa adanya, dan gaya narasi yang memikat. Wah ternyata, semakin saya amati, semakin banyak dan kompleks hal-hal yang diperlukan untuk bikin lelucon ala Gus Dur. Tampaknya, diperlukan penelitian yang serius. Tak cukup dengan observasi kecil-kecilan saja. Andai saja bidang yang saya garap sekarang tentang kebahasaan/sastra, saya mau bikin thesis atau bahkan disertasi tentang cara Gus Dur bikin lelucon. Tapi, tak apa-apa deh…. Mudah-mudahan ada pembaca yang mau mewujudkan keinginan saya ini (mudah-mudahan ada pembaca, yang garapan studinya tentang sastra dan lagi bingung mencari ide untuk menulis thesis/disertasi, saya sarankan ide saya saja dilanjutkan. Nanti, kalau benar-benar ada, beritahu saya… OK?) Akhir tulisan ini, saya masih perlu bertanya: bagaimana caranya Gus Dur membuat lelucon? Tentang Penulis: *Master Student of Freudenthal Institute, Utrecht University, The Netherlands* *Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia (Dulu namanya IKIP Bandung), Bandung* Ingin tahu lebih lanjut tentang saya? Silakan kunjungi: http://mathematicse.wordpress.com/
sumber

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda