Blogger Template by Blogcrowds

Membuat Komputer Mengerti Kimia

Polimer mungkin sudah tidak asing lagi di telinga para biolog ataupun kimiawan, mulai dari DNA hingga PVC. Masyarakat Indonesia mungkin lebih sering mendengar kantong plastik “kresek” dibandingkan istilah polimer itu sendiri. Polymer chemistry dalam beberapa tahun ke belakang mulai dlirik sebagai inovasi dalam anti-cancer nanomedicine seperti yang telah dikemukan Ruth Duncan (2006) dalam Nature Reviews Cancer.

Dalam sistem ilmu polimer ‘tradisional’, salah satu tantangan yang paling sering dihadapi dalam riset adalah mencari molekul yang tepat. Bukan molekulnya tetapi nama yang tepat. Untuk mencari molekul CCC=C saja misalnya;
a. CAS, American Chemists Society memberi nama 1,3-butadiene, homopolymer
b. IUPAC, memberi nama polybutadiene, poly(but-1-ene-1,4-dyl), 1,4-polybutadiene, atau poly(buta-1,3-ene)
c. Scion (DuPont) memberi nama poly-1,3-butadiene

Dapat dibayangkan, berapa banyak waktu yang harus kita gunakan hanya untuk mencari satu molekul dengan berbagai nama dalam PubChem/PubMed/ Web of Science/ bahkan Scholar Google. Perlu disadari juga polymer chemist yang ada di dunia pun pasti akan terbagi-bagi dalam ‘parpol-parpol’ ?nya masing masing-masing yang mengikuti IUPAC, CAS, atau Scion dalam publikasi mereka. Rumit sekali bukan?

Beranjak dari permasalahan ini, Dr. Nico Adams, seorang polymer chemist sekaligus informatician, berusaha untuk mempermudah hidup dari polymer chemists ataupun para peneliti yang berurusan dengan dunia polimer. Bersama timnya di Unilever Cambridge Centre for Molecular Informatics (UCCMI), beliau mulai mengembangkan sebuah sistem yang mampu “mengorganisir” dunia polimer melalui teknologi informatika. Dengan menciptakan Polymer Markup Language, UCCMI membuat sebuah ‘bahasa’ dimana computer mampu mengenali istilah-istilah polimer bahkan menyusun hingga memprediksi struktur hingga physical properties dari molekul itu.

Tidak berhenti sampai disitu, mereka pun membuat program yang diberi nama OSCAR atau Open Source Chemistry Analysis Routines (kini dalam generasi ke-3) yang mampu memindai artikel riset dan merangkum semua polimer yang ada dalam artikel tersebut dan membandingkannya dengan database. Ini akan membuat kesalahan analisis dan pencantuman data dapat dihindari secara dini. Walaupun demikian, pengawasan manusia masih diperlukan mengingat masih belum sempurnanya program ini.

Setelah Bioinformatics, kini Polymer Informatics, membuat hidup menjadi lebih mudah dengan membuat komputer mengerti kimia.

sumber

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda